Didalam tubuh manusia hampir dua pertiganya adalah kandungan air. Oleh karenanya didalam kehidupan manusia tidak akan pernah mampu untuk bertahan tanpa adanya supply air dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari. Air dalam kehidupan manusia merupakan kebutuhan utama untuk mengangkut segala intisari makanan dan membuang sisa hasil proses pencernaan. Segala sari makanan akan didistribusi oleh air kepada alamat yang sudah ditentukan dalam proses kehidupan walaupun dalam warna yang berbeda. Dalam hal ini air sudah bernama darah dan akan membawa sisa-sisanya untuk menuju TPA (tempat pembuangan akhir) yang berupa kencing, keringat dan lain-lain. Tanpa air seluruh kegiatan serta aktifitas di dalam tubuh akan terhenti. Otomatis tanpa adanya air yang bernama kehidupan akan pupus.
Dari uraian diatas mestinya kita mengakui bahwa betapa air memang benda yang sangat kita perlukan dalam kehidupan. Namun terkadang kita kurang menyadari betapa kita sering melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan kelangkaannya. Kita sudah banyak melihat betapa pohon-pohon telah ditebang semau-maunya demi keuntungan segelintir manusia, dengan dalih yang bermacam-macam untuk mendapatkan legalitas dari pihak yang berwenang dan masyarakat. Mereka tidak mau tahu bahwa yang mereka lakukan pasti akan berakibat buruk terhadap dirinya dan masyarakat sekelilingnya bahkan lebih jauh akan merusak lingkungan dan kehidupan dunia. Mereka hanya punya prinsip terus mengeruk hutan ini demi mengisi pundi-pundinya supaya semakin menggunung. Dan agar orang lain semakin berada dibawah cengkeraman kuku-kukunya.
Dalam jumlah tertentu air akan menjadi sahabat karib buat kita. Namun dalam jumlah yang melimpah air dapat juga menjadi bencana. Ini akibat dari rusaknya alam di sekeliling kita yang makin menggelisahkan. Hutan-hutan di pedalaman yang telah plontos (alias gundul) dan hutan-hutan mangrove yang habis dibabat demi membuka lahan pertambakan. Ini telah berakibat menurunnya mutu resapan air oleh akar-akar pohon yang makin hari makin berkurang. Tidak ada lagi perisai yang menghalangi hempasan gelombang laut, sehingga erosi pantai kian hari kian menjadi-jadi.
Tak kalah berpengaruhnya adalah sampah-sampah rumah tangga. Sadar atau tidak kita sering melakukan tindakan yang kurang baik ini dalam kehidupan sehari-hari. Kadang kita hanya mau enaknya saja tanpa mempedulikan akibat yang akan timbul jika perilaku ini terus-menerus kita lakukan. Kita sering melihat sampah-sampah dibuang ke sungai-sungai, padahal kita tahu bahwa sungai merupakan salah satu sumber air yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Tapi mengapa kita ini selalu berbuat kesalahan.
Apakah relevan bahwa kita manusia yang memang tempatnya salah lantas kita selalu dan selalu berbuat kesalahan. Tidakkah kita pernah punya niat untuk sekali-sekali berbuat kebaikan dan kebenaran. Mengapa kita selalu bangga berbuat kesalahan. Apakah kita tidak takut jika alam akan enggan bersahabat dengan kita? Apakah kita akan menunggu Tuhan bertitah kepada alam untuk memberi peringatan baru kita akan menyadari kesalahan kita. Bukankah kita telah bersama menyaksikan betapa dahsyatnya jika alam sudah menggeliat?
Tak terbilang betapa remuk redamnya jika alam sudah berbicara. Mengapa kita selalu mengingkari nikmat Tuhan Sang Maha pencipta ini dengan perbuatan-perbuatan yang bodoh? Mengapa kita tidak mensyukuri nikmat ini dengan berbuat kebaikan yang bermanfaat bagi kita dan bagi orang lain?
7 tahun yang lalu